Uncategorized

Enam Desa di Utara Brantas Terdampak Banjir, Imbas Kali Marmoyo Jombang Meluap

×

Enam Desa di Utara Brantas Terdampak Banjir, Imbas Kali Marmoyo Jombang Meluap

Sebarkan artikel ini
BELUM SURUT: Banjir yang melanda di Desa Bakalanrayung, Kecamatan Kudu akibat meluapnya Kali Marmoyo. (Achmad RW/Radar Jombang)

DesaKita.co – Memasuki hari ketiga, Kamis (8/2), banjir akibat luapan air dari Kali Marmoyo, Jombang berangsur surut. Genangan air yang sebelumnya menggenangi permukiman warga di enam desa di utara Brantas hampir surut seluruhnya.

Namun, puluhan hektare areal persawahan warga di lima desa masih tergenang.

Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jombang Bambang Dwijo Pranowo menyebut, dari enam desa di dua kecamatan di utara Brantas yang terdampak banjir, saat ini sebagian besar sudah surut.

”Karena debit air Kali Marmoyo juga surut, genangan juga surut, kecuali tadi di Sumberteguh, Kudu yang memang paling ujung,” kata Bambang melalui Penanggung Jawab Operasional Lapangan, Penanggulangan Bencana, dan Kebakaran BPBD Jombang Stevy Maria, Kamis (8/2) siang.

Ia menerangkan, enam desa yang sebelumnya terdampak banjir tersebar di dua wilayah kecamatan. Di antaranya Desa Jatigedong, Desa Gedongombo, Kecamatan Ploso. Dan Desa Sidokaton, Desa Bakalanrayung, Desa Kudubanjar, dan Desa Sumberteguh, Kecamatan Kudu.

”Hasil pendataan terakhir ada enam desa yang terdampak,” bebernya.

Kendati demikian, genangan air di areal persawahan bertahan. Tercatat genangan air masih menggenangi areal persawahan di lima desa.

”Untuk ketinggian air di sawah bervariasi. Kalau totalnya perkiraan ada 30 hektare di Kecamatan Ploso, dan 40 hektare di Kecamatan Kudu,” imbuhnya.

Surutnya banjir itu, lanjut Stevy, disebabkan intesitas hujan di wilayah hulu sudah turun. Meski begitu, pihaknya tetap mengimbau warga agar tetap meningkatkan kewaspadaan. ”Kalau permukaan sungai memang masih tinggi,” singkatnya.

Sementara itu, selain disebabkan curah hujan yang tinggi, banjir yang menerjang enam desa di wilayah utara Brantas disebabkan terjadinya sedimentasi Kali Marmoyo.

Sehingga tak bisa menampung air dengan maksimal. Karenanya, warga berharap pemkab melanjutkan kegiatan normalisasi sungai tersebut. ”Jadi, banjir seperti memang rutin setiap tahun sebenarnya. Setiap musim hujan Kali Marmoyo selalu penuh kemudian banjir,” terang Lasiman, Kepala Desa Gedongombo, Kecamatan Ploso.

Hampir sering mengusukan kegiatan normalisasi Kali Marmoyo. Beberapa kali usulan itu juga telah ditindaklanjuti, meskipun belum bisa mencakup secara keseluruhan.

”Usulan selalu disampaikan, dan tindakan juga sudah, cuma biasanya karena alatnya terbatas, dan banyak desa yang membutuhkan jadi belum bisa seluruhnya. Kayak yang jembatan kena sangkrah kemarin itu,” lanjutnya.

Karena itu, pihaknya dan sejumlah kepala desa di sepanjang bantaran Kali Marmoyo berharap kegiatan normalisasi bisa diteruskan di tahun 2024 ini.

Normalisasi yang dimaksudnya, adalah dengan mengeruk sedimen Kali Marmoyo dan membuat luas penampangnya kembali maksimal.

”Sehingga bisa mengurangi paling tidak dampak banjirnya,” bebernya. Pasalnya, dampak banjir sangat merugikan warga, terutama kalangan petani yang sawahnya ikut terendam.

”Kalau tidak segera surut, tanaman padi terancam rusak. Kasihan petani,” tandasnya. (riz/naz/fid)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *