Desakita.co – Guru memiliki tugas lebih dari mentransfer ilmu kepada siswa.
Guru merupakan figur dan teladan bagi siswanya.
Begitu menurut Anik Muizzah, guru IPS sekaligus waka kurikulum di MTsN 4 Jombang Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang.
”Guru adalah seorang figur, figur seorang ibu, seorang motivator, seorang evaluator yang bijak,” kata Anik.
Sebagai guru, ia menjalani hari-harinya penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang.
Anik mengenyam pendidikan sekolah dasar di SDN Purwosari Pasuruan, kemudian melanjutkan di SMPN Purwosari Pasuruan, SMAN Malang, D3 IKIP Malang jurusan Tata Niaga, dan menuntaskan S1 di STIE PGRI Dewantara Jombang jurusan akuntansi.
Ketertarikannya pada bidang pendidikan mulai ada sejak 1988. Sebelum lulus D3, ia mulai mengajar di salah satu TK di Purwosari, Pasuruan.
Setelah lulus kuliah dan tinggal di Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, ia kemudian kembali terjun di dunia pendidikan.
”Saya masuk di yayasan Khoiriyah Hasyim Seblak tahun 1992, saat itu ditempatkan di kantor, lama-lama diberi jam mengajar,” jelasnya.
Dua kali mencoba seleksi CPNS, ia diterima pada seleksinya yang kedua, tahun 2003. Ia ditempatkan di MTsN 4 Jombang Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang sebagai guru IPS.
Kini ia juga mendapatkan tugas tambahan sebagai wakil kepala kurikulum.
Sebagai guru, tentu ia mengemban tanggung jawab yang besar.
Sebagai seorang figur dan teladan, ia memiliki kewajiban menunjukkan kepada siswa setiap hari, melalui pola pikir, gerak-gerik, menebarkan kasih sayang, mengakui keberbedaan, mencintai lingkungan.
”Tugas kita tidak terpaku pada mata pelajaran saja,” jelasnya.
MTsN 4 Jombang yang menerapkan kelas putra dan kelas putri juga memiliki tantangan tersendiri bagi Anik.
Menghadapi kelas putri, jika ditemukan masalah, gesekan yang terjadi antarsiswa menurutnya lebih mudah diselesaikan. Berbeda dengan kelas putra yang masalahnya lebih sulit diurai.
Baca Juga: Perjalanan Maset Rahma, Alumnus SMAN 2 Jombang Kini Tempuh Pendidikan di Korea Selatan
Meski begitu, pesan moral yang ia sampaikan kepada siswa adalah, keberhasilan tidak berpatokan pada tingginya nilai akademis saja, tapi juga ditunjang dengan sikap, akhlak yang terpuji, agar dapat barokah ilmu dari para guru.
”Saya selalu berpesan jangan menyia-nyiakan waktu, dan selalu hormati guru,” ungkap ibu tiga anak ini.
Anik menikah dengan Muhtadi Mukhtar. Ia dikeruniai tiga orang putri, yakni Rowaihul Jannah, Lu’lu’ul Zulaikho, dan Hasna’i Masruhani, dan kini Anik telah menjadi nenek dari tujuh cucu.
Selama mendidik anak-anaknya, ia tak pernah memaksakan kehendaknya pada anak-anaknya.
Tugas orang tua menurutnya hanya mendorong semangat anak-anak dalam berkegiatan, mendukung kegiatan, mendidik anak agar disiplin serta memberikan fasilitas pendidikan sesuai dengan yang diinginkan anak.
”Sekarang anak-anak menikah semua, semuanya tinggal di Malang, jadi kalau ada waktu libur, saya main ke rumah anak-anak,” jelasnya.
Meski jauh, komunikasi tetap dilakukan setiap hari.
Setiap pagi selalu mendoakan seluruh anggota keluarga.
”Kunci segala hubungan ada di komunikasi, termasuk saya dan anak-anak serta menantu setiap hari selalu komunikasi, apalagi dengan suami, kerja sama dan komunikasi dalam rumah tangga itu sangat penting,” pungkasnya. (wen/naz/ang)