Desakita.co – Faidah tidak hanya memiliki semangat yang tinggi dalam belajar, utamanya melahirkan inovasi-inovasi dalam mengajar. Ia juga memeiliki kegemaran membaca dan menulis. Tulisannya sudah terbit dalam belasan judul buku antologi.
”Inginnya saya menerbitkan atas nama sendiri di penerbit mayor, tapi belum tembus pengajuannya, jadi ya sudah saya nebeng ke penulis-penulis yang sudah punya nama saja,” jelas warga Desa Tanggalrejo, Kecamatan Mojoagung tersebut.
Faid sudah memiliki hobi membaca sejak kecil. Karena kemampuan finansial orang tua terbatas, sehingga buku bacaannya terbatas.
”Jangankan buku bacaan, buku pelajaran saja saya harus foto kopi pinjam ke teman,” kata putra kedua dari empat bersaudara pasangan Umi Fadilah dan Nur Salim tersebut.
Di bangku MTs, ia bertekad untuk menabung agar bisa membeli buku pelajaran tambahan. Sebab kedua orang tuanya tak mampu membelikan saat itu. Tabungan tersebut didapatkan dari uang jajan yang ia terima.
Keinginannya memiliki buku yang tak terwujud itu menjadi gejolak tersendiri dalam hatinya. Rasa dendam dan ingin membeli banyak buku ingin dilakukan ketika dewasa dan memiliki penghasilan sendiri.
Baca Juga: Dr Hj Saadatul Athiyah MPd Sosok Wanita yang Utamakan Kedisipinan dalam Memimpin
Di bangku MA, minat membacanya semakin tinggi, ia memiliki sekelompok teman yang sama-sama suka membaca. Namun ia hanya bisa ngiler ketika teman-temannya belanja buku, atau novel.
Salah satu novel yang ia baca hasil pinjam ke temannya berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Setelah membaca isi novel membuat keinginannya memiliki banyak buku semakin tinggi.
Sayangnya itu belum dapat dilakukan, bahkan hingga ia kuliah di UPJB. ”Saat kuliah, saya selalu nebeng teman untuk diantarkan ke tempat rental novel, di sana saya pinjam buku, dendam saya ingin punya buku banyak masih sangat menggebu saat itu,” jelasnya.
Lulus S1 ia mendapatkan pekerjaan sebagai guru les privat. Penghasilannya digunakan untuk membeli novel. ”Novel pertama saya dipinjam teman dan tidak kembali, sayang sekali,” katanya.
Hingga akhirnya ia mendirikan LBB dengan seorang teman dan memiliki penghasilan tetap untuk membeli banyak buku yang diinginkan.
Namun saat itu prinsipnya berubah. ”Saya tidak cukup hanya membaca dan membeli buku, tapi saya harus punya buku,” jelasnya. Karya tulis yang sudah ia buat beberapa kali diajukan penerbit.
Sayangnya belum pernah tembus. Hingga akhirnya melalui media sosial Facebook, mengetahui ada event nulis bareng. Dari Facebook, ia merambah ke Instagram, ia mengikuti semua event menulis, semua penulis, semua penerbit yang ia tahu.
Baca Juga: Hanifah Atmi Nurmala Guru SMAN Ploso Asal Desa Kabuh Jombang, Sosok Wanita Sukses Karir dan Keluarga
”Dari situ, tulisan saya masuk buku antologi, karena menerbitkan atas nama sendiri sangat sulit, ya sudah dompleng saja,” ungkapnya.
Hingga kini ada sekitar 12-13 judul buku yang memuat tulisannya. Menurutnya, keberhasilannya dalam berkarier tak lepas dari dukungan keluarga besar utamanya suami, M Solikhin dan anaknya Kalila Azzafira.
”Alhamdulillah ridho suami yang mengantarkan saya sampai titik ini,” ungkapnya. Suami sangat sigap membantu pekerjaan rumah, momong, dan selalu mengizinkan jika Faid harus menjalani tugas baik di madrasah hingga luar kota.
”Kerja sama dalam rumah tangga sangat penting, suami saya tidak pernah melarang saya, saya sendiri ingin mengabdikan diri saya sepenuhnya kepada pendidikan,” pungkasnya. (wen/naz)