Desakita.co – Para petani di Dusun Losari, Desa Mejoyolosari, Kecamatan Gudo, mengeluhkan jatah pupuk subsidi dari pemerintah yang sangat minim.
Terpaksa, untuk mencukupi kebutuhan tanam, mereka harus membeli pupuk nonsubsidi dengan harga dua kali lipat.
Salah satunya Agus Hariyanto, 53, salah satu petani yang mengaku jatah pupuk subsidi yang didapatkan dari pemerintah tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sawahnya.
”Ya masih kurang, pupuk subsidi sudah habis saat pemupukan kemarin,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Jombang, di lokasi.
Ia menyebut, setiap tahun jatah pupuk jenis Urea sekitar 2 sak dengan ukuran 50 Kg.
Per sak pupuk subsidi itu didapat dengan harga Rp 120 ribu.
Pupuk itu langsung habis digunakan untuk tanaman padi di sawahnya seluas 2.400 meter persegi.
”Selama masa tanam, dua kali pemupukan, nah pemupukan kedua inilah beli nonsubsidi jenis ZA Rp 240.000 per Kg,’’ jelas dia.
Menurutnya, persoalan pupuk memang masalah klasik yang menjadi kendala petani setiap tahun dan selalu terulang.
Namun tidak ada solusi kongret dari pemerintah. ”Harapannya, ya ditambah jatahnya karena ini persoalan klasik yang sudah terjadi sejak dulu,’’ tegasnya.
Sebelumnya, M Rony Kadisperta Jombang, saat dikonfirmasi pernah menyampaikan, jatah pupuk subsidi dari pemerintah pusat yang diterima Kabupaten Jombang tahun ini memang turun.
”Untuk alokasi pupuk bersubsidi 2024 menurun,’’ ujarnya.
Dijelaskan, pada 2023 Pemkab Jombang mendapat jatah 46.000 ton pupuk subsidi. Sedangkan 2024 alokasi pupuk bersubsidi yang hanya sekitar 24.000 ton.
”Ya memang setiap tahun, selalu terjadi penurunan,’’ tambah dia.
Lantas bagaimana dengan harapan petani yang ingin mendapat tambahan jatah pupuk subsidi?
Rony menyebut sulit direaliasikan mengingat alokasi pupuk subsidi dari pusat juga turun.
”Kita sebenarnya berharap agar jatah ditambah. Brangkali petani bisa mengusulkan tambahan lewat wakil rakyat di tingkat pusat untuk menambah alokasi pupuk bersubsidi,’’ pungkasnya. (ang/bin/ang)