Desakita. co – Ramadan 1445 H – 2024 M segera berakhir. Saatnya kita jelang Hari Raya ‘Idul Fitri. Hari yang penuh makna dan sangat dinantikan semua muslim.
Hanya saja kadang menyebabkan kita tidak bisa membedakan mana yang bernilai religi dan tradisi. Dan yang terjadi di masyarakat kita, yang lebih ditonjolkan nilai tradisi, sehingga nengabaikan nilai-nilai ibadah.
Rangkaian ibadah sekitar Hari Raya ‘Idul Fitri, di antarannya:
Zakat fitrah, diwajibkan bagi setiap muslim yang masih hidup sebelum matahari tenggelam pada akhir Ramadan. Dikeluarkan berupa makanan pokok seberat 2,5 – 3 kg.
Waktunya bisa selama bulan Ramadan sampai saat bertangkat ke tanah lapang atau masjid untuk menunaikan salat ‘Idul Fitri.
Menurut hadit Nabi Muhammad SAW, zakat fitrah berfungsi untuk mensucikan diri bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan kata-kata kotor selama puasa.
Serta untuk memberi makan orang-orang miskin. Barang siapa yang mengeluarkan sebelum salat Id, itulah zakat yang diterima. Yang mengeluarkan setelah salat Id itu merupakan sedekah biasa.
Takbir malam ‘Idul Fitri, ibadah yang menyertai datangnya hari raya. FirmanNya dalam QS Albaqarah 185; ’’Hendaklah kamu menyempurnakan bilangannya dan supaya kamu agungkan kebesaran Allah atas petunjuk yang telah diberikan kepadamu dan supaya kamu bersyukur.’’
Pada masyarakat kita, dengan maksud menambah syiar, pelaksanaan takbir yang berifat ibadah, kadang disertai kegiatan yang bersifat tradisi.
Tetapi kegiatan yang menyertai itu bukan menambah syiar, karena tidak sesuai ketentuan bahkan mengganggu kenyamanan bersama.
Salat ‘Idul Fitri, ibadah yang sunah muakkad. Ketika tiba 1 Syawwal, Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat pergi ke tanah lapang yang biasa dipakai salat ‘Id yang dinamakan musala. Sebagian besar umat Islam melaksanakan di masjid. Pada saat pelaksanaan salat ‘Id seluruh umat Islam dianjurkan untuk datang ke tempat salat.
Termasuk wanita yang sedang nifas dan haid dan anak-anak. Kehadiran wanita yang sedang nifas atau haid bukan untuk salat, melainkan untuk mendengarkan khotbah dan merasakan kegembiraan di hari raya.
Untuk kesempurnaan salat Idul Fitri, terdapat beberapa sunah yang dicontohkan. Di antaranya mandi sebagaimana mandi besar, memakai pakaian yang bagus dan wewangian.
Makan minum sebelum berangkat karena hari itu diharamkan berpuasa. Selalu bertakbir selama perjalanan menuju tempat salat. Serta menempuh jalan yang berbeda atara berangkat dan pulang.
Silaturahim di antara saudara serahim, menjalin ukhuwah sesama manusia serta saling memaafkan dan mendoakan sangat dianjurkan.
Dan ini biasanya mengiringi Idul Fitri seakan sudah tradisi. Padahal hal-hal tersebut tidak harus dilakukan pada saat hari raya, melainkan setiap waktu.
Tapi memanfaatkan momentum hari yang berbahagia lebih mudah dan berkesan. Hanya saja tetap perlu diperhatikan aturan agama sehingga tidak sampai merusak nilai ibadah.
Akhirnya, selamat Hari Raya Idul Fithri 1445 H – 2024 M. Teriring doa taqabbalallahu minna wa minkum, kullu ‘am wa antum bikhair. amiin
Oleh: Drs Waras MMPd, Kepala SMAN Mojoagung