Desakita.co – Puluhan hektare sawah petani di wilayah Kecamatan Kesamben di musim tanam ketiga sekarang ini dibiarkan nganggur.
Selain persoalan air yang sulit, ancaman serangan hama tikus masih menjadi momok bagi petani.
Tak ingin berisiko merugi, petani lebih memilih membiarkan lahannya sementara nganggur.
Salah satunya di Desa Kedungbetik, Kecamatan Kesamben. Usai panen raya padi akhir September lalu, hingga saat ini tak banyak petani yang mengolah sawahnya untuk tanam musim ketiga. Sebagian besar dibiarkan nganggur.
Faktor utamanya ketersediaan pasokan air untuk mengairi sawah.
”Di wilayah sini dari dulu airnya agak susah kalau musim kemarau. Kedua, terlalu berisiko ketika tanam tapi tidak serentak.
Misalnya hanya sebagian, takutnya malah gagal diserang hama tikus,” ujar Rokhim.
Menurut Rokhim, ada 14 desa di Kecamatan Kesamben. Tantangan yang dihadapi petani pada musim kemarau sama, yakni ketersediaan air.
Sebab, wilayahnya merupakan daerah hilir. ”Jadi, kalau musim kemarau seperti ini nggak kebagian air, makannya sawahnya banyak yang dibiarkan nganggur,” bebernya.
Meski begitu, lanjut Rokhim, tidak semua petani membiarkan lahannya nganggur. Sebagian tetap menggarap sawah.
”Sebenarnya ada yang tanam padi kisaran 10 hektare, sebagian kecil lainnya tanam jagung. Tapi banyak yang dibiarkan bero (tidak ditanami), satu desa bisa sampai 20 hektare lebih,” kata M Rokhim salah seorang petani setempat.
Sebagai langkah aman, opsinya membiarkan lahan itu kering. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, berlangsung hingga dua bulan.
”Nunggu sampai musim hujan, biasanya akhir November sudah mulai ada yang persiapan atau Desember itu sudah tanam,” kata Rokhim.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Jombang M Rony mengakui, musim tanam ketiga di Kecamatan Kesamben tak banyak yang tanam padi.
Hanya di Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben saja karena terdapat program ketahanan pangan dan pompanisasi.
Selebihnya menunggu hingga musim hujan tiba. ”Jadi, kami kemarin mendatangkan pembicara dari BMKG di acara tembakau, prediksinya awal musim hujan di Jombang itu minggu kedua November,” kata Rony.
Sebab, petani tetap menunggu hujan stabil baru berani memulai mengolah tanah.
”Petani di Kesamben itu ada rumusan sendiri, ketika sudah tiga kali hujan turun berturut-turut mereka berani olah tanah dan semai,” imbuh dia.
Sehingga, diprediksi awal hingga akhir Desember wilayah setempat baru tanam padi.
”Tetapi yang menarik ini sudah lancarnya irigasi dari Dam Karet Jatimlerek, di Kecamatan Plandaan sekarang tanam padi lebih dulu, karena ketersediaan airnya tercukupi,” kata Rony. (fid/naz)