Desakita.co – Pemerintah desa (Pemdes) Kademangan, Kecamatan Mojoagung, konsisten menjaga kesenian kuda lumping Joko Soroh.
Di antaranya memfasilitasi setiap kali pementasan dan mengikutsertakan di setiap event kabupaten.
Kades Kademangan Hendro Wahyuadi mengatakan, ada tiga dusun yang meliputi Dusun Kademangan, Kebondalem dan Dusun Kepunden.
”Untuk kesenian kuda lumping atau jaranan Joko Soroh asli dari Dusun Kademangan,” katanya.
Kesenian itu diyakni warga merupakan peninggalan para leluhur. “Tercatat ada sejak 1957 atau setelah Indonesia Merdeka 1945,” imbuh dia.
Hingga sekarang kesenian tersebut masih tetap terjaga. ”Tidak pernah gulung tikar, istilahnya bubar lalu bangkit lagi. Di sini sampai sekarang masih tetap ada penerus,” imbuhnya.
Semangat warga mempertahankan kesenian kuda lumping itu begitu kental. Hingga personelnya juga mayoritas warga sekitar.
Sekali manggung biasanya lebih dari 50 orang. Mulai dari yang memegang alat musik hingga pemain jaranan.
”Sudah ada paguyuban. Sejak dulu diteruskan dari lingkugan keluarga, mulai dari yang pertama pegang Pak Samian,” tutur Hendro.
Karena itu, Pemdes punya peran penting agar kesenian kuda lumping tak punah tergerus zaman. Setiap ada kegiatan selalu difasilitasi.
Baik pementasan di desa setempat maupun event keluar Jombang. ”Pernah kita ikutkan event kabupaten di Alun alun Jombang dan di Kecamatan Bareng tahun lalu,” ujar dia.
Pihaknya juga turut serta mempromosikan kesenian kuda lumping keluar daerah. ”Kelanjutannya kita serahkan ke paguyuban,” lanjut Hendro.
Di lain sisi, pementasan juga dilaksanakan di desa sendiri. Mulai dari peringatan 17 Agustus hingga acara sedekah desa yang melibatkan kesenian kuda lumping.
”Dua minggu sekali terkadang main di sini, otomatis ekonomi warga juga bisa terangkat. Dari mulai yang jualan, lalu parkir kendaraan,” beber dia.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Kuda Lumping Joko Soroh Agus Iswanto mengatakan, kesenian tradisional itu ada generasi penerusnya.
”Sehingga tidak sampai mati atau bubar,” ujarnya. Untuk sekali pementasan, melibatkan 57 orang yang sebagian besar warga sekitar.
”Di antaranya personel kudang kepang 12 orang, jepaplok macan 5 orang dan topeng 3 orang,” imbuh dia. Selama ini, pemdes berperan aktif ikut serta melestarikan kesenian tradisional tersebut.
”Desa membantu melestarikan, misalnya mau pentas terkait izin keramaian juga dibantu,” pungkas Agus. (fid/bin/ang)