Desakita.co – Pemerintah Desa (Pemdes) Kedungbetik, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang berkomitmen membangun kemandirian ekonomi masyarakat.
Salah satu potensi unggulan yang dimiliki Desa Kedungbetik, yakni pada sektor pertanian dan peternakan, terutama peternakan ikan dan unggas.
”Saat ini ada sekitar 30 peternak aktif, terutama peternak ikan dan unggas,” ungkap Kades Kedungbetik Said Mashar kepada Jawa Pos Radar Jombang.
Said menambahkan, wilayah Desa Kedungbetik terbagai dalam tujuh dusun.
Masing-masing Dusun Sidowengku, Karanganyar, Dero, Kandangsapi, Kedungmacan, dan Dusun Ngemplak serta Dusun Kedungbetik.
Jumlah penduduk mencapai sekitar 5.500 jiwa. Mayoritas penduduknya bergerak di sektor pertanian dengan luasan lahan pertanian mencapai 200 hektare lebih. ”Sektor pertanian tetap yang utama, dan
pendukungnya peternakan dan lain-lain,” imbuhnya.
Sentra budi daya ikan berada di Dusun Kedungbetik dan Dusun Dero.
Beberapa di antaranya budi daya ikan lele, gurami, bawal dan patin.
Sementara Dusun Sedowengku terkenal dengan sentra budi daya unggas, terutama bebek dan ayam.
”Bahkan terdapat satu warga sudah menekuni budi daya lele sejak 1995 sampai sekarang tetap produktif,” bebernya.
Melihat potensinya yang besar, dia berharap ke depan pendampingan dari dinas terkait lebih ditingkatkan, baik itu berupa bantuan sarana prasarana maupun pemasaran.
”Harapan kami, di samping bisa membangun kemandirian ekonomi, ke depan ada semacam pendampingan dari dinas terkait, apakah bantuan modal maupun yang lain.
Supaya ada pembinaan dari hulu sampai ke hilir,” ujar Said.
Salah satu yang menjadi perhatian Said, yakni tantangan di sektor pertanian.
Pasalnya, areal pertanian di wilayahnya sering kali terendam banjir.
”Banyak masalah banjir, karena setiap tahun Kedungbetik selalu rutin kebanjiran. Ini menjadi problem yang harus dicarikan solusi,” ungkapnya.
Terpisah, Ahmad Suyufi, 53, salah satu pembudi daya ikan lele mengaku sudah lama menggeluti budi daya ikan lele.
Selain untuk kebutuhan konsumsi, ia juga mengembangkan usaha pembibitan lele.
”Sebetulnya mulai awal itu 1992, cuma baru berani sendiri buka 1995,” kata Suyufi.
Saat ini, ia memiliki 21 kolam ikan lele, dengan daya tampung atau sebar ikan setiap kolam mencapai 5.000 ekor.
Untuk budi daya, ia lebih memilih ikan lele dumbo. Alasannya, karena kualitasnya lebih terjamin.
”Untuk yang konsumsi biasanya kita jual setiap dua hari sekali, rata-rata 3 kuintal. Sementara bibit ikan lele ini tidak mesti,” tutur dia.
Untuk pemasaran, ia tidak lagi bingung. Pasalnya, sudah memiliki sejumlah pelanggan tetap. Selain itu dijual ke pasar.
”Sementara dijual lokalan, ke pasar-pasar. Hanya dua saja sampai ke luar Jombang, Pasar Kedungadem (Kabupaten Bojonegoro) dan Sukorame (Kabupaten Lamongan),” pungkasnya. (fid/naz/ang)