Desakita.co – Durian Mbah Woro asal Dusun Jeruk, Desa Karangan, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang memiliki rasa legit 11/12 dengan Durian Bido Wonosalam.
Agus Santoso, 46, salah satu petani yang mengembangkan durian mbah woro sejak 2004 silam.
Menurutnya, durian Mbah Woro sudah ada turun temurun sejak kakek buyutnya.
”Pohon indukan durian Mbah Woro yang pertama masih ada di tengah hutan, sekitar 1 kilo meter (km) dari permukiman warga. Sudah ada sejak buyut saya, atau empat generasi. Jadi sekitar 200 tahun,’’ ujarnya.
Diberi nama Mbah Woro karena memang letak pohon indukan pertama berada sekitar 200 meter dari makam Mbah Woro.
Sosok sesepuh desa yang mbabat alas Dusun Jeruk kala itu.
”Sosok Mbah Woro sendiri misterius. Berdasar cerita buyut saya, Mbah Woro itu sosok pembantu warga Belanda yang meninggal dimakan harimau. Kemudian warga melakukan woro-woro kepada warga sekitar. Sejak saat itu dinamakan durian Mbah Woro,’’ tambahnya.
Pohon indukan durian Mbah Woro memiliki tinggi sekitar 20 meter.
Dulu, tinggi pohon durian ini pernah sampai 30 meter. Namun cabang bagian atas patah akibat angin kencang.
Saat ini, diameter pohon sendiri berukuran sekitar 2,5 meter. Menurut Agus, pohon durian Mbah Woro paling tua di desanya.
Ia sendiri telah melakukan pembibitan sejak 2004. Hingga kini populasinya mencapai 7.000 pohon yang tersebar di Kecamatan Bareng dan sekitarnya.
Jika musim panen tiba, dari pohon tertua akan menghasilkan 800-1.000 butir.
“Uniknya pohon ini bisa panen dua kali. Panen pertama November hingga Desember. Kemudian panen lagi pertengahan Januari-Februari. Ini baru satu minggu mulai panen.
Bentuknya seperti ini, berbeda dengan durian bido Wonosalam,” terangnya.
Ciri khas yang membedakan durian Mbah Woro dengan varietas lainnya adalah tekstur buahnya.
Duri buah ini memiliki bentuk rapi. Buahnya tidak bisa duduk karena bagian bawah cenderung lancip.
Selain itu, pongge alias biji durian memiliki ukuran cukup kecil sebesar kerikil.
“Dagingnya lembut creamy. Rasanya pahit, manis dan gurih.
Sedangkan warnanya kuning agak pucat. Dagingnya tebal, bijinya kecil,” beber dia.
Hal ini berbeda dengan varietas durian lokal lain yang rasanya hanya pahit manis.
Lalu prosentase daging durian Mbah Woro mencapai 30 persen, sementara durian lokal lain hanya 10-14 persen.
Hal yang membuat durian mbah Woro sekilas mirip durian Bido Wonosalam.
Ia mengaku, durian Mbah Woro sering diburu banyak pelanggan dari kalangan pejabat. Mulai dari unsur ASN Jombang, Mojokerto hingga Surabaya.
“Pernah juga rombongan dari DPRD Jombang dan DPR RI. Mereka datang ke sini untuk memborong durian Mbah Woro, jelas dia.
Lantas barapa harga durian ini? Agus menyebut sistem kiloan. Durian Mbah Woro tidak dijual per butir. Harganya Rp 50 ribu per Kilogram. Satu butir durian bobotnya antara 1,5 hingga 4,5 Kilogram.
”Memang ini varietas unggulan khas Dusun Jeruk, sehingga dijual dengan sistem kiloan. Kami juga memberi garansi misal bagian buahnya rusak, diganti 100 persen,’’ pungkasnya. (bin/ang)