Potensi

Dikenal Jadi Kampung Samiler, Pemdes Kayangan, Diwek Jombang Optimistis Pemasaran Bisa Go Internasional

×

Dikenal Jadi Kampung Samiler, Pemdes Kayangan, Diwek Jombang Optimistis Pemasaran Bisa Go Internasional

Sebarkan artikel ini
JADI SENTRA: Kades Kayangan Tutik Handayani bersama perangkat desa tengah meninjau salah satu tempat produksi kerupuk samiler, Jumat (12/1).

Desakita.co – Pemerintah Desa Kayangan, Kecamatan Diwek, memiliki impian besar mengembangkan pemasaran samiler.

Salah satu yang kini digagas, penjualan tak hanya ke luar kota, namun diperluas hingga ke luar negeri.

Kades Kayangan Tutik Handayani mengatakan, desanya memiliki empat dusun.

Meliputi Dusun Kayangan, Kayen, Tebon dan Dusun Tungu.

”Untuk sentra samiler ada di Dusun Kayangan,” katanya kepada Jawa Pos Radar Jombang, kemarin.

Sampai saat ini ada puluhan warga yang memproduksi kerupuk samiler.

”Insya Allah ada 40 rumah yang memproduksi samiler,” imbuh dia.

Banyaknya warga yang produksi sehingga  ditetapkan sebagai kampung samiler.

Prasasti yang ditandatangani Bupati Jombang periode 2018-2023 sudah terpasang 20 Agustus 2022 di samping gapura.

Menurut Tutik, usai ditetapkan sebagai kampung samiler upaya pengembangan usaha rumahan terus dilakukan.

Pemasaran tak hanya di Jombang dan sekitarnya.

”Kepinginnya dan ini menjadi rencana jangka panjang kami, penjualan bisa sampai ke luar negeri, karena kadang ada yang dibawa ke Malaysia,” tutur dia.

Saat ini, rencana pemasaran tersebut terus dimatangkan dengan mendalami pengemasan.

”Jadi yang membuat sulit ini  packing, karena kalau tidak salah untuk pengemasan ada penilaiannya,” lanjut Tutik.

Sebagai tindaklanjut, beberapa waktu lalu sudah ada pelatihan pengemasan hingga pemberian bantuan alat produksi dari Pemkab Jombang.

”Peran pemerintah daerah sudah ada, kemarin sudah ada pelatihan. Pemateri didatangkan dari provinsi bagaimana cara mengemas dan sebagainya,” bebernya.

Dengan begitu, bisa semakin mengangkat perekonomian warga sekitar.

Sebab, tidak hanya ke produsen atau perajin, ketika rencana itu sudah terealisasi juga ke warga lainnya.

Mengingat produksi samiler banyak merekrut warga lain sebagai tenaga kerja.

Rata-rata dalam satu tempat produksi terdapat lima pekerja.

”Ada salah satu rumah produksi yang paling besar, kirimnya sampai 1 kuintal sehari.

Pegawainya 10 orang, sekarang juga sudah memiliki cabang,” lanjut dia.

Rata-rata, mereka yang menekuni usaha samiler merupakan ibu rumah tangga.

Selain merekrut tenaga dari warga sekitar, tak jarang juga mengajak serta kerabat dan saudara.

”Alhamdulillah dengan samiler bisa meningkatkan perekonomian warga sekaligus membantu suami, karena rata-rata yang membuat ibu rumah tangga,” pungkas Tutik. (fid/bin/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *